Labels

Senin, 10 September 2012

Cerita kucing


“Meoong, Meong, Meong…”
(Aku IKUT Bersamamu. . . .)

Senja telah  datang menyapa sang malam. Aku masih saja terus menunggunya di tangga depan teras rumah. “Mocy”, begitulah panggilan sayangnya kepadaku.  Dia sangat menyayangiku karena aku sangat tampan, dengan bulu coklat belang putih dan mata besarku yang menyerupai mata burung hantu, tubuhku juga gemuk berbulu lebat dan lembut sehingga tidak akan ada orang yang rela membuangku. Kalaupun ia membuangku, akan ada banyak orang yang berebut untuk mengambilku. “Jasmin”, begitulah ia dipanggil oleh teman-temannya. Tubuhnya tinggi dan ramping, sembilan belas setengah tahun, dengan  rambut lurus hitam legam dan mata yang berwarna coklat, dia sosok yang mandiri. Hampir setiap hari aku menunggunya di sini, dan akhirnya ia pun terlihat dari balik pagar yang terbuka, raut mukanya menggambarkan dengan jelas kalau dia sangat lelah hari ini. Aku langsung menyambutnya dengan menyentuhkan tubuhku di mata kakinya. “meoong, meong, meoong (apa kau sangat lelah hari ini?)”, tanya ku kepadanya. Tentu saja ia tak mengerti apa yang aku maksud. “oh Mocy ku sayang, aku terlalu lelah untuk menemanimu bermain sekarang”, katanya kepadaku. Aku bisa mengerti itu, karena dia bekerja dari pagi sampai sore. Dia sering mengatakan kepadaku kalau dari jam 08.00 pagi sampai jam 02.00 siang, dia kuliah dan setelahnya dia bekerja di kafe dekat kampusnya. Aku tidak mengerti apa yang dimaksudnya kuliah, tapi aku tahu kalau kafe adalah tempat dimana ada banyak makanan lezat, dan kampus adalah gedung yang sangat tinggi dan ada banyak orang yang berlalu lalang disana, entah apa yang mereka lakukan ditempat setinggi itu.
Meskipun dia sangat lelah, tetapi Jasmin tidak akan tega untuk meninggalkanku sendiri di teras luar rumah. Dia pun akhirnya menggendongku serta memeluk erat tubuhku yang gemuk dan mengelus-elus kepalaku. Dia membawaku ikut serta dengannya kedalam rumah. “Kamu pasti sudah lapar ya?, ooohh meongku yang lucu”. Katanya kepadaku.  “meoong, meong, meoong (ooohhhh, tubuhku sangat gemuk, aku tercekik tapi aku suka kamu mengelus kepalaku seperti ini)”, teriakku kepadanya. Jasmin meletakkanku didekat kursi meja makannya, dan langsung mengambil segelas susu dan sereal rasa ikan tuna. Sesuai tebakanku, diapun langsung menuangkan segelas susu itu kedalam mangkuk besarku dan menambahkannya sereal kesukaanku itu. Oh, betapa bahagianya aku, serasa melayang-layang di atas awan yang tebal. Aku langsung memutari mangkukku, dan tentu saja langsung menyantap makanan lezat itu yang mungkin mengalahkan lezatnya pizza kesukaan orang-orang. Jasmin sendiri merebus mie instan yang ada di lemarinya. Dia memberikanku makanan yang sangat lezat dan dia sendiri memakan makanan instan yang membosankan itu. Seolah-olah dia bekerja hanya untuk membiayai makananku saja.
Umurku memang sudah tidak mudah lagi, sudah hampir delapan tahun aku menemani Jasmin di rumah mungil ini. Saat dia masih berumur 11 tahun dan umurku sendiri 1 tahun pada saat itu. Aku dipisahkan dari ibuku dan dititipkan  disini bersama Jasmin oleh kakek karena pada saat itu Jasmin sangat sedih sepeninggal kedua orang tuanya karena kecelakaan mobil. Aku sangat kasihan padanya, dan pada saat itu juga aku berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkannya. Dan akhirnya kami pun tinggal berdua saja dirumah yang mungil ini setelah sebelumnya ada nenek yang menemani kami.
Jarum panjang jam di dinding tertuju pada angka 12 dan jarum pendeknya sendiri berada di angka 9, itu tandanya malam sudah mulai larut, tidak biasanya Jasmin mengajakku tidur di tempat tidurnya setelah tujuh tahun sebelumnya dia dilarang oleh dokternya untuk membawaku serta kekamar tidurnya. “Malam ini aku mau kamu tidur dikamarku, menghangatkan kakiku dengan bulumu yang lembut ini”, katanya kepadaku sambil membelai kepalaku dan meletakkanku di ujung tempat tidurnya. Aku dengan senang hati tidur dibawah kakinya, meringkuk dan mendengkur lembut agar tidak menggangunya.
Jasmin terbangun pagi harinya. Melalui jendelanya yang rendah dengan tirai manik-manik, sinar matahari menerobos masuk dan menyilaukan mataku. Dengan hati-hati Jasmin turun dari tempat tidurnya, membuka pintu dan keluar. Dia tidak menyadari kalau aku menggeliat bangun dari sisi ujung tempat tidur dan membuntutinya dari belakang. Aku langsung menggesekkan tubuhku yang hangat dikakinya yang dingin. Tepat jam 8 pagi, dia berangkat meninggalkan rumah, dan tentu saja berpamitan denganku lebih dahulu. Selang beberapa menit, terdengar suara ribut-ribut dari jalan raya depan rumah. Aku keluar melihat situasi apa yang sedang terjadi, dan ternyata sebuah kecelakaan tragis terjadi, kulihat sebuah mobil truk berada disisi jalan dengan posisi yang tidak biasa, dan terdapat satu korban yang telah ditutupi kain oleh orang-orang. Entah siapa dibalik kain tersebut, aku tidak tau, dan aku tidak mau tau.
Sudah waktunya Jasmin pulang,  saatnya untuk aku ke teras depan rumah dan menunggunya. Tidak biasanya aku menunggu selama ini, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi tidak nampak seorangpun dari balik pagar. Aku terus menunggunya hingga larut malam, dan dia pun tidak nampak sama sekali. Hari demi hari kulalui tampanya, dan aku masih terus saja menunggunya karena aku yakin dia pasti  akan datang. Badanku sudah mulai mengurus, buluku tak terawat lagi, makananku sudah terganti menjadi binatang liar yang kadang-kadang tidak ada sama sekali. “meong, meong, meong (tidak ada kah yang peduli padaku?), meoooong (apa gerangan yang terjadi terhadap Jasmin?) meongngng (Apa dia melupakanku?)”, ratapku dalam tangis. Dua minggu telah berlalu, dan akhirnya pagar rumah terbuka juga, aku sangat bahagia dan melompat turun dari teras tanpa menghiraukan kalau disitu ada tangga yang bisa dilalui. Betapa kecewanya aku mendapati orang di balik pagar itu ternyata bukan Jasmin melainkan majikan Merry tentangga sebelah yang jarang berkunjung kesini. “kamu pasti kucing disini, malang sekali nasib majikanmu harus pergi semudah itu dan seteragis itu. Aku mau saja membawamu tapi aku sudah punya Merry, lagi pula kamu kucing yang tidak punya daya tarik, kurus dan tak terawat”, katanya padaku. Hatiku terasa tercabik-cabik mendengar semua itu, bukan karena dia mengataiku melainkan karena penyesalan mengapa aku tak mau tau siapa dibalik kain  waktu itu. Jasmin ternyata dibawa langsung kerumah kerabatnya dan tidak ada yang memberi tahuku, seolah-olah kucing tidak perlu untuk tahu. Dan akhirnya aku sendiri disini, aku berniat untuk mengikuti Jasmin dan menabrakkan diri dengan truk di jalan raya “besok” agar aku dapat bersamanya terus.
*SEKIAN DAN SALAM MEONG*

Kamis, 06 September 2012

Pengulangan c++



#include<stdioh>
#include<conioh>
main()
{
printf("\nTugas Algoritma & Pemprograman");
printf("\nSUHARTINI");
printf("\n421 11 016");
printf("\n1A d4 Teknik Listrik");
printf("\n===========================================================\n");
printf("===========================================================\n");

int kode;
char jawab;
do
{

printf("\n Menghitung Rata-rata dan Nilai akhir dari 5 Mata Kuliah");
printf("\n===========================================================");
float MK1,MK2,MK3,MK4,MK5,rata2;
printf("\nMasukkan nilai MK Rangkaian Listrik Lanjutan : ");
scanf("%f",&MK1);
printf("Masukkan nilai MK GARTEK ; ");
scanf("%f",&MK2);
printf("Masukkan nilai MK Algoritma & Pemrograman : ");
scanf("%f",&MK3);
printf("Masukkan nilai MK Matematika Teknik : ");
scanf("%f",&MK4);
printf("Masukkan nilai MK Kewarganegaraan : ");
scanf("%f",&MK5);
rata2 = (MK1+MK2+MK3+MK4+MK5)/5;
label:
printf("\n Menu Utama");
printf("\nx=====================================x");
printf("\nx 1. Rata2 x");
printf("\nx 2. Nilai akhir x");
printf("\nx=====================================x");
printf("\nPilih(1-2) :: ");
scanf("%d",&kode);
switch(kode)
{
case 1 : printf("Jumlah rata-rata dari 5 mata kuliah = %f\n",rata2);break;
case 2 :if(rata2 >= 80&&rata2<=100)
printf("Nilai akhir = A\n");
if(rata2 >= 70&&rata2<=79)
printf("Nilai akhir = B\n");
if(rata2 >= 60&&rata2<=69)
printf("Nilai akhir = C\n");
if(rata2 >= 50&&rata2<=59)
printf("Nilai akhir = D\n");
if(rata2 <=49)
printf("Nilai akhir = E\n");
default: printf("Nomor Yang Anda Masukkan Salah, silahkan pilih ulang!!\n");goto label; break;
}
printf("Anda ingin mengulangi??? (Ya/Tidak) = ");
scanf("%s",&jawab);
}
while(jawab=='y');
}

catatan mentoring


Terima kasih untuk waktu ini
Menikmati waktu, merajut impian yang tertata. Setiap sisa-sisa detik yang diberikan seakan membawaku ke dimensi yang lain.
Mata basah…
Darah seakan berhenti mengalir…
Sulit rasanya menerima kenyataan akan cita-cita yang gagal tercapai. Aku menangisi kegagalanku, dan menyesali waktu yang tersedia sesaat sebelum SNMPTN…… dan kini semuanya tidak akan terulang lagi, impian yang telah di bangun selama ini telah sirna. Beruntung aku mempunyai keluarga yang sangat baik, mereka bagaikan pelita di dalam kegelapan lorong-lorong yang aku tapaki, mereka memberikan kata-kata penyemangat yang tiada hentinya. “Allah belum menakdirkan kamu untuk lulus di jurusan tersebut, dan Allah pasti menginginkan kamu berada di jurusan yang terbaik dan itu bukan jurusan yang kamu pilih di SNMPTN, jadi bersemangatlah dan cobalah lagi untuk mendaftar di perguruan tinggi yang masih terbuka lebar”. Begitulah kata-kata mereka kepadaku. Dan terbesit di dalam pikiranku akan pepatah yang orang-orang sering kumandangkan “ Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tapi kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan”, dan semoga pepatah itu memang benar dan terbukti dalam kehidupanku.  Syukur, masih ada waktu untuk merajut ulang mimpi dan mewujdkannya jadi kenyataan………
Di sudut kota metropolitan, alias kota Makassar. Tepatnya di dalam perguruan tinggi ternama di Indonesia Timur, terdapat juga perguruan tinggi di dalamnya yang tidak kalah bagusnya dari perguruan tinggi lainnya, yaitu Politeknik Negeri Ujung Pandang yang baru memulai jadwalnya untuk menerima mahasiswa baru. Tanpa menunggu waktu lagi, aku dan salah satu temanku yang juga senasib denganku mencoba mendaftar di situ dan menjadi bagian dari antrian orang-orang   yang semuanya mungkin punya harapan sama seperti kami. Dan alhasil, formulir sudah ada di tangan kami, dan tentunya langsung kami isi di hari itu pula. Syukur masih ada jam yang memberikan kesempatan kepada kami untuk terus mencoba……….
Di hari berikutnya, kami datang lagi dan mengumpulkan formulir pendaftaran yang telah rampung kami isi dan menunggu lagi sejenak untuk pemberian kartu peserta.  Tak berapa lama kemudian, kartu peserta pun sudah berada di tangan kami masing-masing, dan ternyata kami berada di ruang ujian yang berbeda. Tentunya kami sama dengan orang lain, kami ingin satu ruangan dan saling membantu, karena jurusan yang kami pilih pun tidaklah  sama. Aku di tempatkan di ruang seminar, sedangkan temanku di tempatkan di ruang aula Poltek. Tentunya kami sangat berjauhan dan tidak ada lagi harapan untuk berkomunikasi secara langsung sesaat sebelum ujian dimulai. Tetapi tidak apalah, toh kami harus optimis dan yakin bahwa kami pasti bisa tanpa mengharapkan bantuan lagi dari satu sama lain.
Hari pelaksanaan ujian pun tiba, kami yang dengan pakaian kemeja rapi yang telah di setrika dan sepatu yang cling karena sudah di cuci bersih, berangkat pagi-pagi setelah sarapan tentunya, dan berharap di dalam untaian doa yang kami panjatkan sesaat sebelum keberangkatan, “Semoga kami dapat mengerjakan soal-soal dengan mudah dan dengan jawaban yang benar semua, serta bisa mengumpulkannya tepat waktu, Amin”.
Setibanya kami di sana, tanpa menunggu waktu lagi, kami seketika itu berpisah dan langsung menuju ruang ujian kami masing-masing. Ujian pun dimulai sesaat setelah aku masuk dan duduk di bangku yang tertera nomor yang sama persis dengan nomor yang ada di kartu pesertaku. Soal ujian mulai di bagikan, jantungku terasa berdenyut kencang. Tak berapa lama kemudian,  soal sudah berada tapat di atas meja bangku yang aku duduki,  dan tentunya pandanganku mengarah kepada lembaran-lembaran kertas putih yang bertahtahkan deretan-deretan huruf dari tinta hitam itu. Setelah di persilahkan, kami para peserta di ruangan tersebut langsung mengerjakan soalnya.
Setelah selesai ujian, aku dan temanku yang sempat berpisah bertemu kembali. Kami pulang sama-sama dan memasrahkan diri kapada Allah swt. atas usaha yang telah kami lakukan selama ini. Syukur, masih ada menit yang tidak ada hentinya berputar mengiringi langkah kami dalam menapaki sebuah jejak menuju keberhasilan kami Insya Allah……..
Hari pengumuman pun tiba, untuk yang kedua kalinya aku merasa was-was dan jantung berdetak sangat kencang melampaui detakan yang biasanya sama dengan detakan detik di jarum jam dinding. Aku sudah tidak bisa berharap sangat banyak untuk tes calon mahasiswa yang kedua ini, melihat peminat untuk perguruan tinggi ini lumayan banyak, yaitu lebih dari sembilan ratusan orang. Aku takut akan terjatuh lagi dan tidak bisa untuk bangkit dari keterpurukan kembali. Di papan pengumuman, terdapat tulisan nama yang sangat tidak asing bagiku. Seketika itu jantungku terasa berhenti sejenak dan berangsur-angsur kembali seperti detakan di hari-hari biasanya. Syukur bercampur lega sangat terasa di benakku saat itu, di kala kulihat kembali goresan-goresan yang menimbulkan kesan mendalam pada diriku,
Nama : SUHARTINI,
Jurusan : Teknik Elektro
Prodi : D-IV Teknik Listrik
dan sekarang, aku sudah bukan lagi calon mahasiswa, tetapi aku adalah mahasiswa yang sesungguhnya. Aku yakin, inilah yang terbaik yang Allah berikan untukku. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Syukur, masih ada detik yang menemaniku untuk bisa menikmati rasa syukur ku kepada Allah swt. ……
Hari demi hari berlalu, serangkaian kegiatan mahasiwa baru aku ikuti, mulai dari pengenalan system pendidikan Politeknik Negeri Ujung Pandang, pengenalan lembaga kemahasiswaan, pesantren kilat dll. Di agenda kegiatan pesantren kilat yang aku dan teman-teman ikuti, diantaranya yaitu sosialisasi mentoring. Di situ dipaparkan tentang betapa pentingnya kegiatan mentoring untuk di ikuti setiap minggunya. Betapa besar manfaat yang akan kita peroleh pada setiap kegiatan mentoring, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kegiatan mentoring akan di jadwalkan sesuai dengan persatuan kelas dan tidak akan mengganggu kegiatan perkuliahan sama sekali. Oleh karena itu aku dan teman-teman baruku menjadwalkan kegiatan mentoring untuk kelasku pada senin pagi.
Setiap hari senin tepatnya pukul 08.00, kami memulai kegiatan mentoring dengan doa kaffaratul majelis tentunya, dan juga diawali dengan tadarrus al-Qur’an. Untuk pertemuan pertama, pementor kami memberikan materi tentang pentingnya menuntut ilmu, kemudian di minggu berikutnya membahas tentang makhraj. Belajar tentang makhraj menimbulkan kesan banyak dalam diriku, ternyata banyak sekali pengucapan-pengucapan huruf-huruf hijaiyahku yang salah, dan dalam materi ini saya bisa memperbaikinya. Dalam mentoring juga diberikan materi tentang shalat, wuduh dan tayammum, juga tentang mandi janabah. Aku sangat bersyukur akan adanya mentoring ini, sehingga aku bisa memperbaiki diri dari kesalahan.
Memintal benang-benang kehidupan, merajutnya dengan penuh ilmu dan ibadah serta mengenakannya dengan penuh kebanggaan.
Terima kasih Tuhan untuk waktu ini, tahun ini, bulan ini, minggu ini, hari ini, jam ini, menit ini sampai detik ini…
Ajari aku untuk menggunakannya sebaik mungkin Tuhan sebelum waktuku habis dan aku harus pergi menghadapMU…
“SEKIAN”

Resensi


Judul : Gadis Kecil di Tepi Gaza
Pengarang :Vanny Chrisma W.
Penerbit : DIVA Press
Tahun terbit : 2011
Jumlah halaman : 344
Buku ini menceritakan perjalanan kisah anak Palestina yang bernama Palestine binti Haydar yang berusia 11 tahun. Dia menjadi salah satu korban kekejaman agresi militer Israel di Gaza pada akhir tahun 2008, yang pada saat itu beberapa kota tiba-tiba dihancurkan oleh bom dan rudal yang membabi buta sehingga menewaskan Ibu dan kedua saudaranya. Sedangkan ayahnya memutuskan menjadi Hamas sebelum tragedi itu terjadi. Akibatnya, Palestine menjadi sebatang kara dan harus tinggal di kamp pengungsian Jabaliyah, Gaza.
Di kamp pengungsian, ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 14 tahun bernama, Yanaan yang menjadi teman seperjuangannya dalam suka dan duka. Mereka sering membicarakan tentang penyebab terjadinya perang yang menjadikannya sebatang kara dan menyusun rencana perlawanan kepada tentara Israel. Palestine juga bertemu dengan Adeeba, salah satu dari korban kekejian Israel, gadis berusia delapan tahun yang memiliki satu kelebihan indera keenam untuk melihat masa lalu dan masa depan. Dan ia pun juga tahu apa yang akan terjadi pada Palestine juga sekolah PBB di Jabaliyah yang hancur lebur karena terkena ledakan roket yang dilancarkan oleh Israel.
Terdapat berbagai macam peristiwa kekejian Israel kepada rakyat Palestina yang dikisahkan dalam novel ini. Diantaranya, Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk mengahapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2000 anak serta 1000 wanita mengalami luka-luka. Dan yang paling keji yaitu cerita tentang seorang anak berusia empat tahun ditembaki oleh tentara Israel saat bermain diluar rumahnya Balita itu meninggal seketika setelah terkena tembakan, dan jasadnya dijadikan tontonan tentara Israel saat melepas anjing-anjingnya untuk mengkoyak-koyak dan memakan tubuh suci balita itu. Palestine juga sempat terkena tembakan oleh tentara Israel yang menyebabkannya koma. Di mana kala itu, Palestine bersama dengan teman-temannya yang lain melakukan perlawanan dengan melempari barisan tentara Israel itu dengan kotoran kuda yang dibuat menjadi seperti batu. Serta masih banyak lagi kisah kekejaman Israel kepada rakyat Palestina yang tidak berperikemanusiaan. 
Alasan saya memilih buku ini untuk tugas resensi yaitu karena buku ini termasuk buku fiksi (novel) sehingga saya tertarik dan tidak bosan untuk membacanya. Dan karena buku ini juga sesuai dengan tema yang ada yaitu Negara Hukum dan HAM khususnya tentang pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina. Buku ini relevan dengan mata kuliah PKN karena membahas berbagai jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Paletina sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada kita bahwa sampai sekarang masih banyak penindasan keji yang terjadi diluar sana yang memerlukan keadilan dan penegakan hukum.
Novel ini sangat penuh dengan kisah yang miris, mengenaskan dan menyedihkan yang sanggup membuat orang-orang yang membacanya meneteskan air mata. Juga mampu memberikan banyak pelajaran hidup kepada kita untuk tidak pernah berputus asa dalam menghadapi berbagai cobaan yang ada. Meskipun buku ini termasuk kedalam buku fiksi, akan tetapi banyak kisah nyata yang diangkat disertai dengan tempat dan waktu terjadinya agresi militer Israel. Yang menjadi kekurangan pada novel ini yaitu masih terdapat kata asing yang tidak dilengkapi dengan penjelasan dibawahnya.
                                                                     *SEKIAN*





program volume tabung


#include <stdio.h>

main()
{
printf("\nMenghitung Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang (Tabung)");
printf("\n                      SUHARTINI"                           );
printf("\n                      421 11 016"                          );
printf("\n                 1A d4 Teknik Listrik"                     );
printf("\n===========================================================\n");


float jari_jari,tinggi,phi=3.14,luas,volume;

printf("Masukkan Jari-jari : ")
scanf("%f",&jari_jari)
printf("Masukkan tinggi : ")
scanf("%f",&tinggi)
luas = 2*phi*jari_jari*(tinggi+jari_jari)
volume = (phi*jari_jari*jari_jari)*tinggi
printf("Luas permukaan adalah = %.f\n",luas)
printf("Luas volume adalah = %.f\n",volume)
printf("===========================================================\n");
}

program kasir


#include <stdioh>
#include <iostreamh>
#include <conioh>
main()
{
int  total, b1, b2, b3, j1, j2, j3, tunai;
float h1,h2,h3,diskon,jml_pem,kemb1,kemb2;
printf("             Tugas Kasir SUHARTINI              \n");
printf("                NIM   : 421 11 016               \n");
printf("          Kelas : 1A d4 Teknik Listrik           \n");
printf("=================================================\n");
printf("\t Selamat Datang di ElektroMart \n");
printf("\t          Makassar           \n");
printf("=======================================\n");
printf("Masukkan Harga barang 1 = Rp ");scanf("%d",&b1);
printf("Masukkan Jumlah beli = ");scanf("%d",&j1);
h1=b1*j1;
printf("Harga = Rp %.f\n",h1);

printf("Masukkan harga barang 2 = Rp ");scanf("%d",&b2);
printf("Masukkan Jumlah beli = ");scanf("%d",&j2);
h2=b2*j2;
printf("Harga = Rp %.f\n",h2);
     printf("Masukkan harga barang 3 = Rp ");scanf("%d",&b3);
printf("Masukkan Jumlah beli = ");scanf("%d",&j3);
h3=b3*j3;
printf("Harga = Rp %.f\n",h3);
printf("=======================================\n");

jml_pem=(h1+h2+h3);
printf("Total belanja anda = Rp %.f\n",jml_pem);
if (jml_pem>=50000)
{
  cout<<"      Selamat Anda Mendapatkan Potongan 20% "<<endl;
  diskon=(jml_pem*20/100);
  total=(jml_pem-diskon);
  printf("                                                ");
  cout<<"\nTotal yang harus dibayar : Rp "<<total<<endl;
  printf("================================================");
  }
  if (jml_pem<50000) {
  printf("                                                ");
  cout<<"\nTotal yang harus dibayar : Rp "<<jml_pem<<endl;
  printf("================================================\n");
  }
  printf("\nCash = Rp "); scanf("%d",&tunai);
   if (jml_pem>=50000)
   {
   kemb1=(tunai-total);
   cout<<"\nKembalian anda : Rp "<<kemb1<<endl;
 }
if (jml_pem<50000)
{
kemb2=(tunai-jml_pem);
   cout<<"\nKembalian anda : Rp "<<kemb2<<endl;
printf("================================================\n");
}
 printf("\n      Terima kasih telah berbelanja disini       ");
 printf("\nBarang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan");
 getch();
}