Terima kasih untuk waktu ini
Menikmati waktu, merajut impian yang
tertata. Setiap sisa-sisa detik yang diberikan seakan membawaku ke dimensi yang
lain.
Mata basah…
Darah seakan berhenti mengalir…
Sulit rasanya menerima kenyataan
akan cita-cita yang gagal tercapai. Aku menangisi kegagalanku, dan menyesali
waktu yang tersedia sesaat sebelum SNMPTN…… dan kini semuanya tidak akan
terulang lagi, impian yang telah di bangun selama ini telah sirna. Beruntung
aku mempunyai keluarga yang sangat baik, mereka bagaikan pelita di dalam
kegelapan lorong-lorong yang aku tapaki, mereka memberikan kata-kata
penyemangat yang tiada hentinya. “Allah belum menakdirkan kamu untuk lulus di
jurusan tersebut, dan Allah pasti menginginkan kamu berada di jurusan yang
terbaik dan itu bukan jurusan yang kamu pilih di SNMPTN, jadi bersemangatlah
dan cobalah lagi untuk mendaftar di perguruan tinggi yang masih terbuka lebar”.
Begitulah kata-kata mereka kepadaku. Dan terbesit di dalam pikiranku akan
pepatah yang orang-orang sering kumandangkan “ Kegagalan bukan akhir dari
segalanya, tapi kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan”, dan semoga
pepatah itu memang benar dan terbukti dalam kehidupanku. Syukur, masih ada waktu untuk merajut ulang
mimpi dan mewujdkannya jadi kenyataan………
Di sudut kota metropolitan, alias
kota Makassar. Tepatnya di dalam perguruan tinggi ternama di Indonesia Timur,
terdapat juga perguruan tinggi di dalamnya yang tidak kalah bagusnya dari
perguruan tinggi lainnya, yaitu Politeknik Negeri Ujung Pandang yang baru
memulai jadwalnya untuk menerima mahasiswa baru. Tanpa menunggu waktu lagi, aku
dan salah satu temanku yang juga senasib denganku mencoba mendaftar di situ dan
menjadi bagian dari antrian orang-orang yang semuanya mungkin punya harapan sama
seperti kami. Dan alhasil, formulir sudah ada di tangan kami, dan tentunya
langsung kami isi di hari itu pula. Syukur masih ada jam yang memberikan
kesempatan kepada kami untuk terus mencoba……….
Di hari berikutnya, kami datang lagi dan mengumpulkan
formulir pendaftaran yang telah rampung kami isi dan menunggu lagi sejenak
untuk pemberian kartu peserta. Tak
berapa lama kemudian, kartu peserta pun sudah berada di tangan kami
masing-masing, dan ternyata kami berada di ruang ujian yang berbeda. Tentunya
kami sama dengan orang lain, kami ingin satu ruangan dan saling membantu,
karena jurusan yang kami pilih pun tidaklah
sama. Aku di tempatkan di ruang seminar, sedangkan temanku di tempatkan
di ruang aula Poltek. Tentunya kami sangat berjauhan dan tidak ada lagi harapan
untuk berkomunikasi secara langsung sesaat sebelum ujian dimulai. Tetapi tidak
apalah, toh kami harus optimis dan yakin bahwa kami pasti bisa tanpa
mengharapkan bantuan lagi dari satu sama lain.
Hari pelaksanaan ujian pun tiba, kami yang dengan pakaian
kemeja rapi yang telah di setrika dan sepatu yang cling karena sudah di cuci
bersih, berangkat pagi-pagi setelah sarapan tentunya, dan berharap di dalam
untaian doa yang kami panjatkan sesaat sebelum keberangkatan, “Semoga kami
dapat mengerjakan soal-soal dengan mudah dan dengan jawaban yang benar semua,
serta bisa mengumpulkannya tepat waktu, Amin”.
Setibanya kami di sana, tanpa menunggu waktu lagi, kami
seketika itu berpisah dan langsung menuju ruang ujian kami masing-masing. Ujian
pun dimulai sesaat setelah aku masuk dan duduk di bangku yang tertera nomor
yang sama persis dengan nomor yang ada di kartu pesertaku. Soal ujian mulai di
bagikan, jantungku terasa berdenyut kencang. Tak berapa lama kemudian, soal sudah berada tapat di atas meja bangku
yang aku duduki, dan tentunya
pandanganku mengarah kepada lembaran-lembaran kertas putih yang bertahtahkan
deretan-deretan huruf dari tinta hitam itu. Setelah di persilahkan, kami para
peserta di ruangan tersebut langsung mengerjakan soalnya.
Setelah selesai ujian, aku dan temanku yang sempat berpisah
bertemu kembali. Kami pulang sama-sama dan memasrahkan diri kapada Allah swt.
atas usaha yang telah kami lakukan selama ini. Syukur, masih ada menit yang
tidak ada hentinya berputar mengiringi langkah kami dalam menapaki sebuah jejak
menuju keberhasilan kami Insya Allah……..
Hari pengumuman pun tiba, untuk yang kedua kalinya aku
merasa was-was dan jantung berdetak sangat kencang melampaui detakan yang biasanya
sama dengan detakan detik di jarum jam dinding. Aku sudah tidak bisa berharap
sangat banyak untuk tes calon mahasiswa yang kedua ini, melihat peminat untuk
perguruan tinggi ini lumayan banyak, yaitu lebih dari sembilan ratusan orang.
Aku takut akan terjatuh lagi dan tidak bisa untuk bangkit dari keterpurukan kembali.
Di papan pengumuman, terdapat tulisan nama yang sangat tidak asing bagiku.
Seketika itu jantungku terasa berhenti sejenak dan berangsur-angsur kembali
seperti detakan di hari-hari biasanya. Syukur bercampur lega sangat terasa di
benakku saat itu, di kala kulihat kembali goresan-goresan yang menimbulkan
kesan mendalam pada diriku,
Nama : SUHARTINI,
Jurusan : Teknik Elektro
Prodi : D-IV Teknik Listrik
dan
sekarang, aku sudah bukan lagi calon mahasiswa, tetapi aku adalah mahasiswa
yang sesungguhnya. Aku yakin, inilah yang terbaik yang Allah berikan untukku.
Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Syukur, masih ada detik yang
menemaniku untuk bisa menikmati rasa syukur ku kepada Allah swt. ……
Hari demi hari berlalu, serangkaian kegiatan mahasiwa baru
aku ikuti, mulai dari pengenalan system pendidikan Politeknik Negeri Ujung
Pandang, pengenalan lembaga kemahasiswaan, pesantren kilat dll. Di agenda
kegiatan pesantren kilat yang aku dan teman-teman ikuti, diantaranya yaitu sosialisasi
mentoring. Di situ dipaparkan tentang betapa pentingnya kegiatan mentoring
untuk di ikuti setiap minggunya. Betapa besar manfaat yang akan kita peroleh
pada setiap kegiatan mentoring, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kegiatan
mentoring akan di jadwalkan sesuai dengan persatuan kelas dan tidak akan
mengganggu kegiatan perkuliahan sama sekali. Oleh karena itu aku dan
teman-teman baruku menjadwalkan kegiatan mentoring untuk kelasku pada senin
pagi.
Setiap hari senin tepatnya pukul 08.00, kami memulai
kegiatan mentoring dengan doa kaffaratul majelis tentunya, dan juga diawali
dengan tadarrus al-Qur’an. Untuk pertemuan pertama, pementor kami memberikan
materi tentang pentingnya menuntut ilmu, kemudian di minggu berikutnya membahas
tentang makhraj. Belajar tentang makhraj menimbulkan kesan banyak dalam diriku,
ternyata banyak sekali pengucapan-pengucapan huruf-huruf hijaiyahku yang salah,
dan dalam materi ini saya bisa memperbaikinya. Dalam mentoring juga diberikan
materi tentang shalat, wuduh dan tayammum, juga tentang mandi janabah. Aku
sangat bersyukur akan adanya mentoring ini, sehingga aku bisa memperbaiki diri
dari kesalahan.
Memintal benang-benang kehidupan, merajutnya dengan penuh ilmu
dan ibadah serta mengenakannya dengan penuh kebanggaan.
Terima kasih Tuhan untuk waktu ini, tahun ini, bulan ini,
minggu ini, hari ini, jam ini, menit ini sampai detik ini…
Ajari aku untuk menggunakannya sebaik mungkin Tuhan sebelum
waktuku habis dan aku harus pergi menghadapMU…
“SEKIAN”
blog.y keren (y)
BalasHapus